“Tuhan tidak sayang padaku, Ustadzah!!!”
curhat Ana pada ustadzah Tiwi, guru ngaji dan teman curhatnya. Malam itu ustadzah
Tiwi tiba-tiba didatangi Ana dan memeluknya erat sambil menangis.
“Ada apa, Ana? Malam-malam begini tiba-tiba ke
rumah sambil nangis lagi...” tanya ustadzah Tiwi dengan suara pelan.
“Pokoknya Tuhan nggak sayang padaku, Ustadzah,” Ana menjawab.
“Tidak sayang kenapa? Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih
dan Penyayang?” ustadzah Tiwi mencoba menasihati.
“Tidak! Di mana sayangnya? Berbagai masalah
selalu datang silih berganti, Ustadzah... huuu
huuu... nggak pernah selesai dan nggak ada yang mengerti aku, Ustadzah,” tangis
Ana makin menjadi.
“Ya sudah... sudah... sekarang kamu tenang
dulu. Aku buatkan minum dulu ya. Kamu mau minum apa?” ustadzah Tiwi mencoba
menenangkan Ana.
“Nggak
usah repot-repot, Ustadzah. Aku cuma mau curhat
aja kok. Tapi kalau ada susu kedelai kesukaanku juga boleh...” jawab Ana dengan
isak tangis yang sudah sedikit reda.
Selesai membuatkan susu, ustadzah Tiwi kembali
menemui Ana untuk membantunya meredam amarahnya. “Ana, kenapa kamu mengatakan
Tuhan tidak sayang padamu? Cobalah tenang... berpikir kembali dengan kepala
dingin,” ucap ustadzah Tiwi.
Sambil menyapu air mata Ana, dengan suara
halus ustadzah Tiwi melanjutkan,”Sekarang aku mau tanya, sebenarnya yang tidak sayang
itu Tuhan apa kita sendiri yang tidak sayang kepada Tuhan?”
Mendengar ucapan ustadzahnya itu, Ana terdiam.
Glukk... suara itu terdengar di
kerongkongannya.
“Ana, seberapa besar sih masalahmu? Justru
semakin besar ujian yang diberikan Tuhan itu menunjukkan semakin besarnya
kemampuanmu. Dia menaikkan kelas hamba-Nya dengan ujian, bukan dengan
kesenangan. Di sekolahmu kamu juga seperti itu kan?” ustadzah Tiwi menasihati.
“Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa.
Masih ingat ‘kan ayat terakhir surat Al-Baqarah itu? Tidaklah Dia memberikan
beban/ujian kepada umatnya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Nah, seberapa
besar kemampuanmu itulah yang Dia berikan. Menurut ayat itu tadi, besarnya
ujian yang kamu terima mengisyaratkan bahwa Dia sebenarnya memberitahumu betapa
besar kemampuanmu untuk memecahkan banyak masalah. Is that right?” tegas ustadzah Tiwi.
Ana mengangguk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar