Sabtu, 19 Januari 2013

NIKMATNYA SUKSES BERSAMA

http://curhatislamy.blogspot.com
















Secangkir kopi susu hangat, menemani pagi hariku di sebuah villa mewah nan eksotis di atas bukit yang hijau.
Pepohonan, hamparan sawah menhijau, kebun-kebun, bahkan biru laut tampak di ujung sana.

Namun, tiba-tiba saja perasaanku menjadi hambar.
Kupandang villa sebelah yang tampak ramai dengan orang-orang seusiaku, bercanda, tertawa bersama, tampak sedang merayakan kesuksesan mereka. Meskipun, mereka bukan levelku. Tampak tak ada yang mewah di sana. Tapi sangat bahagia.

Aku sadar, ternyata segala ambisi yang dapat kucapai hanyalah kebahagiaan semu. Semua menjadi hambar ketika sendirian. Ternyata, begitu nikmatnya sukses bersama.

Kamis, 10 Januari 2013

BANGKITKU...















Padahal pagi ini cerah sekali
dan seharusnya aku pun secerah pagi ini
Padahal mentari bersinar berseri-seri
dan seharusnya aku pun berseri-seri menyambut mentari
Padahal kupu-kupu tampak indah menari ke sana kemari
dan seharusnya aku pun bisa tersenyum memandangi
Padahal burung-burung berkicau berseri
dan seharusnya....

Ah, aku hanya bisa tertunduk diam
malu memandangi diriku sendiri

Maaf....
maafkan aku Tuhan,
maafkan aku,

Tak seharusnya aku mendustai diriku sendiri
Tak seharusnya aku membunuh jiwaku sendiri
Tak seharusnya aku mencelakakan diriku sendiri, di akhirat kelak

Tapi apa sudah terjadi
dosa itu tak mungkin ku batalkan
aku hanya bisa bersimpuh mohon ampunan-Mu
dan aku harus bangkit
untuk memperbaiki diriku
untuk menggantikan dosa-dosaku
dengan kebaikan apapun yang bisa kulakukan
dan aku pasti bisa
Engkau Maha Pemurah dan Penyayang
Engkau akan membantuku menunjukkan jalan
dan menguatkanku untuk kebaikan
kebaikan...
kebaikan...
sekecil apapun,
kebaikan

Kamis, 20 Desember 2012

Curhat Sukses Bisnis

gambar: zounz.com


Abdi          :  “Mbak, boleh dong cerita ke kita kita, apa resep kesuksesan cateringnya?”
Evi             :  “Boleh…. Mmm, tapi sebelumnya mbak mau tanya dulu nih….”
Nugroho    :  “Oh, siap mbak. Silakan….”
Evi             :  “Siapa nih yang udah nikah?”
Edy           :  “Nugroho, Udin, & Hari mbak. Eh, emangnya apa hubungannya sama kesuksesan mbak Evi?”
Evi             :  “Bentar… belum selesai nih nanya2nya…. Trus, kalo yang punya adik atau kakak siapa?”
Septi          :  “Aku punya mbak, kayaknya semua punya deh…”
Evi             :  “Ngomong-ngomong, kalo adik/kakak kalian nikah, apakah kalian akan datang & merlokke acara itu? Kalo kalian sekolah, kuliah, ato kerja, apakah akan ijin tidak berangkat sekolah, kuliah, & kerja?”
“Ya jelas lah mbak,” jawab semua serempak
“Itu sih gak usah ditanyakan, mbak.” Tambah Abdi
Evi             :  “Oh gitu ya? Pasti karena dia saudara yang sangat kalian cintai ya?”
Septi          :  “Mmmm…. Kecitau gag ea?”
Hahahahaaaaa….” semua tertawa
Nugroho    :  “Btw, trus hubungannya ama yang tadi apa mbak?”
Evi             :  “Oh itu? Ciyus nih mo nanya?”
Hari           :  “Ea ea laah…”
Evi             :  “Miapa?”
Udin          :  “korban iklan cemua nieh… wkwkwk”

Evi             :  “Oke, nah sekarang pertanyaan selanjutnya, siapa yang seharusnya paling kalian cintai di atas semua yang kalian cintai?”
Semua terdiam, dan beberapa saat kemudian serentak menjawab,”Ya Allah lah mbak.”
Evi             :  “Mmmm…. Gitu ya? Nah kalo yang mengundang kalian itu Allah, apakah kalian juga akan merlokke datang? Kalo pas lagi kuliah, kerja, rapat, dsb apa kalian akan ijin meninggalkannya barang sebentar & mendatangi undangan-Nya?
…………….. semua terdiam
“Itu lah yang saya percayai sebagai kunci kesuksesan saya, dik”, lanjut mbak Evi, “Itu lah yang saya percayai sebagai kunci kesuksesan saya, dik”, lanjut mbak Evi, “Kunci sukses bisnis salah satunya juga siapa yang menjadi mitra bisnis kita. Dan mitra saya adalah Allah. Jika Allah telah menolongmu, maka tidak ada yang bisa mengalahkanmu. Coba buka Qur’annya itu surat apa & ayat berapa?
 


Minggu, 09 Desember 2012

TUHAN TIDAK ADIL vs TIDAK ADIL KEPADA TUHAN

gambar: republika.co.id



















Pernah suatu ketika saya merasa banyak sekali masalah yang membebani kepala sehingga rasanya mau pecah. Hei, bukan lebay lho... memang begitu rasanya. “Tuhan tidak adil!!!” teriak saya dalam hati.

Tapi, syukurlah saya masih bisa mencoba untuk menenangkan diri. Saya mencoba merenungi mengapa Tuhan tidak adil?

Detik berjalan, menit berlalu... saya masih saja terdiam, tak bergerak, mata layu, muka manyun.
Dug... dug... dug... suara jantung pun ikut terdengar.

Perlahan saya mulai berpikir. “Apa benar Tuhan tidak adil ya? Wong Dia Maha Adil kok...?”
“Oh oh oh... kenapa begini...?!!!! Sebenarnya Tuhan Maha Adil nggak sih??? Atau saya yang tidak adil sama Tuhan???” Tiba-tiba saja pernyataan itu muncul dalam pertanyaan saya.
“Hmmm, sebentar... sebentar... iya... iya.... Jangan-jangan memang ini. Ya... ini.... Saya telah berbuat tidak adil kepada Tuhan.”
“Iya. Saya suka minta doa segera dikabulkan, tapi saya sering menunda sedekah, juga sering tidak menyegerakan shalat.

Ketika mau bertemu orang penting, pejabat, ikut seminar, ketemu teman istimewa, menghadiri resepsi, saya selalu berusaha memakai pakaian yang bagus, tapi ketika mau bertemu dengan-Nya saya sering berpakaian seadanya.

Saya juga lebih sering memilih nonton TV daripada memilih sering nonton pengajian.
Saya lebih sering mendengarkan hape berdering daripada mendengarkan adzan ataupun lantunan ayat-ayat Qur’an.
Saya lebih sering bercanda, mengucapkan hal-hal yang tidak ada gunanya, daripada mengucapkan dzikir.
Saya lebih sering memilih membaca buku-buku karangan manusia daripada membaca kitab firman-Nya.”

Terjawab sudah pertanyaan saya. Ternyata saya-lah yang telah tidak adil kepada Tuhan.
Astaghfirullaahal ‘adziim... maafkan saya Ya Allaah...”

Kamis, 06 Desember 2012

TUHAN TIDAK SAYANG PADAKU


“Tuhan tidak sayang padaku, Ustadzah!!!” curhat Ana pada ustadzah Tiwi, guru ngaji dan teman curhatnya. Malam itu ustadzah Tiwi tiba-tiba didatangi Ana dan memeluknya erat sambil menangis.

“Ada apa, Ana? Malam-malam begini tiba-tiba ke rumah sambil nangis lagi...” tanya ustadzah Tiwi dengan suara pelan.

“Pokoknya Tuhan nggak sayang padaku, Ustadzah,” Ana menjawab.

“Tidak sayang kenapa? Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang?” ustadzah Tiwi mencoba menasihati.

“Tidak! Di mana sayangnya? Berbagai masalah selalu datang silih berganti, Ustadzah... huuu huuu... nggak pernah selesai dan nggak ada yang mengerti aku, Ustadzah,” tangis Ana makin menjadi.

“Ya sudah... sudah... sekarang kamu tenang dulu. Aku buatkan minum dulu ya. Kamu mau minum apa?” ustadzah Tiwi mencoba menenangkan Ana.

Nggak usah repot-repot, Ustadzah. Aku cuma mau curhat aja kok. Tapi kalau ada susu kedelai kesukaanku juga boleh...” jawab Ana dengan isak tangis yang sudah sedikit reda.

Selesai membuatkan susu, ustadzah Tiwi kembali menemui Ana untuk membantunya meredam amarahnya. “Ana, kenapa kamu mengatakan Tuhan tidak sayang padamu? Cobalah tenang... berpikir kembali dengan kepala dingin,” ucap ustadzah Tiwi.

Sambil menyapu air mata Ana, dengan suara halus ustadzah Tiwi melanjutkan,”Sekarang aku mau tanya, sebenarnya yang tidak sayang itu Tuhan apa kita sendiri yang tidak sayang kepada Tuhan?”

Mendengar ucapan ustadzahnya itu, Ana terdiam. Glukk... suara itu terdengar di kerongkongannya.

“Ana, seberapa besar sih masalahmu? Justru semakin besar ujian yang diberikan Tuhan itu menunjukkan semakin besarnya kemampuanmu. Dia menaikkan kelas hamba-Nya dengan ujian, bukan dengan kesenangan. Di sekolahmu kamu juga seperti itu kan?” ustadzah Tiwi menasihati.

 “Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa. Masih ingat ‘kan ayat terakhir surat Al-Baqarah itu? Tidaklah Dia memberikan beban/ujian kepada umatnya kecuali sesuai dengan kemampuannya. Nah, seberapa besar kemampuanmu itulah yang Dia berikan. Menurut ayat itu tadi, besarnya ujian yang kamu terima mengisyaratkan bahwa Dia sebenarnya memberitahumu betapa besar kemampuanmu untuk memecahkan banyak masalah. Is that right?” tegas ustadzah Tiwi.

Ana mengangguk...

Rabu, 05 Desember 2012

Customer Service Bank Syariah


Nisa: Customer service di Bank Syariah sebaiknya gak harus ganteng.
Dewi: Kenapa mbak?
N: Tadi aku ke bank syariah jadi seperti orang pelupa.
D: Lhoh, lha kenapa?
N: Aku harus bolak-balik menemui CSnya sampe 3x mbak.
D: Hehehee.... trus?
N: Kan kalo Bank Syariah harusnya juga bisa membuat nasabahnya menjaga pandangannya mbak.
D: Iya ya, betul juga sih. Wah, kayaknya mbak Nisa ehmmm....
N: Mmmm kecitau gag ea?
D: yeee....

Sobat Curhat ada komen atau curhat?

Minggu, 17 April 2011

Menjadi Produsen yang Baik

Banyak hal sudah kita baca. Banyak nasihat juga yang sudah kita dengar. Nah, sekelumit dari hasil baca sana-sini dan dengar sana-sini tersimpul rangkuman begini, “Untuk menjadi pembicara yang baik, maka kita disarankan untuk menjadi pendengar yang baik.”
Dari sini ternyata bisa kita padankan ke hal-hal berikut ini:
  • Untuk menjadi pembicara yang baik, jadilah pendengar yang baik.
  • Untuk menjadi penulis yang baik, jadilah pembaca yang baik.
  • Untuk menjadi koki yang baik, jadilah pencicip yang baik.
  • Untuk menjadi pemimpin yang baik jadilah pengikut yang baik.
  • Untuk menjadi imam yang baik, jadilah makmum yang baik.
  • Untuk menjadi pedagang yang baik, jadilah pembeli yang baik.
  • Untuk menjadi produsen yang baik, jadilah konsumen yang baik.
Ternyata yang terakhir ini bisa menjadi kesimpulan dari semuanya, yang mana penggalan kalimat kedua selalu bersifat sebagai “konsumen” dan yang pertama bersifat sebagai “produsen”.
Jadi, Untuk menjadi produsen yang baik, jadilah konsumen yang baik.
Yap, setujuuuu…!!!