gambar: republika.co.id |
Pernah suatu ketika saya merasa banyak sekali
masalah yang membebani kepala sehingga rasanya mau pecah. Hei, bukan lebay lho... memang begitu rasanya. “Tuhan tidak adil!!!” teriak saya dalam
hati.
Tapi, syukurlah saya masih bisa mencoba untuk
menenangkan diri. Saya mencoba merenungi mengapa Tuhan tidak adil?
Detik berjalan, menit berlalu... saya masih
saja terdiam, tak bergerak, mata layu, muka manyun.
Dug... dug... dug... suara jantung pun ikut
terdengar.
Perlahan saya mulai berpikir. “Apa benar Tuhan
tidak adil ya? Wong Dia Maha Adil
kok...?”
“Oh oh oh... kenapa begini...?!!!! Sebenarnya
Tuhan Maha Adil nggak sih??? Atau
saya yang tidak adil sama Tuhan???”
Tiba-tiba saja pernyataan itu muncul dalam pertanyaan saya.
“Hmmm, sebentar... sebentar... iya... iya....
Jangan-jangan memang ini. Ya... ini.... Saya telah berbuat tidak adil kepada Tuhan.”
“Iya. Saya suka minta doa segera dikabulkan, tapi
saya sering menunda sedekah, juga sering tidak menyegerakan shalat.
Ketika mau bertemu orang penting, pejabat,
ikut seminar, ketemu teman istimewa, menghadiri resepsi, saya selalu berusaha
memakai pakaian yang bagus, tapi ketika mau bertemu dengan-Nya saya sering
berpakaian seadanya.
Saya juga lebih sering memilih nonton TV
daripada memilih sering nonton pengajian.
Saya lebih sering mendengarkan hape berdering
daripada mendengarkan adzan ataupun lantunan ayat-ayat Qur’an.
Saya lebih sering bercanda, mengucapkan
hal-hal yang tidak ada gunanya, daripada mengucapkan dzikir.
Saya lebih sering memilih membaca buku-buku
karangan manusia daripada membaca kitab firman-Nya.”
Terjawab sudah pertanyaan saya. Ternyata
saya-lah yang telah tidak adil kepada Tuhan.
“Astaghfirullaahal
‘adziim... maafkan saya Ya Allaah...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar